JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
KEISOMERAN
GEOMETRI
(PENGUBAHAN ASAM MALEAT MENJADI FUMARAT)
NAMA/NIM :
FEBBY MARCELINA MURNI /A1C117037
DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PERCOBAAN 9
I.
Judul : Keisomeran Geometri
(Pengubahan Asam Maleat Menjadi Fumarat)
II.
Hari, tanggal : Jum’at, 26 April 2019
III.
Tujuan : Adapun tujuan dari praktikum ini
adalah:
1. Dapat memahami azas dasar keisomeran ruang,
khususnya isomer geometri.
2. Dapat memahami perbedaan konfigurasi cis dan
trans secara kimia dan fisika.
IV. Landasan Teori
Isomer geometri adalah isomer yang disebabkan
oleh perbedaan letak atau gugus di dalam ruang. Isomer geometri sering juga
disebut dengan isomer cis-trans. Isomer ini tidak terdapat pada kompleks dengan
struktur linear, trigonal planar, atau tetrahedral, tetapi umum terdapat pada
kompleks planar segiempat dan oktahedral. Kompleks yang mempunyai isomer hanya
kompleks-kompleks yang bereaksi sangat lambat dan kompleks yang inert. Ini disebabkan
karena kompleks-kompleks yang bereaksi sangat cepat atau kompleks-kompleks yang
labil, sering bereaksi lebih lanjut membentuk isomer yang stabil (Syabatini,
2015).
Pada beberapa senyawa kompleks
koordinasi, ikatan kovalen menimbulkan kemungkinan terbentuknya senyawa-senyawa
isomer, karena ligan terikat dalam ruangan sekitar ion logam pusat. Yang dimaksud
dengan senyawa isomer adalah molekul-molekul atau ion-ion yang mempunyai
susunan atom yang sama sehingga bangun dan sifat-sifatnya berbeda. Ada dua
keisomeran yang lazim dijumpai pada senyawa kompleks koordinasi yaitu
keisomeran cis-trans dan keisomeran optik. Keisomeran cis-trans terjadi pada
beberapa senyawa kompleks yang mempunyai bilangan koordinasi 4, 5, dan 6. Tetapi
untuk bilangan koordinasi 4, keisomeran hanya terjadi pada bangun bersisi empat
ligan-ligan sama jaraknya ke logam pusat (Rivai, 2006).
Tipe isomer ruang dimana 2 senyawa
berbeda dalam hal kedudukan relatif 2 gugus terikat disekitar ikatan
rangkapnya. Sebagai contoh adalah asam fumarat dan asam maleat. Pada asam
fumarat kedua gugusnya yaitu gugus –COOH dan gugus –H terletak pada sisi ikatan
rangkap yang sama (disebut bentuk cis). Sementara pada asam maleat, kedua gugus
tersebut terletak pada sisi ikatan rangkap yang berlawanan (disebut bentuk
trans). Isomer geometris disebut juga isomer cis-trans. Contoh lainnya adalah
senyawa 1,2-dikloroetena. Titik leleh asam maleat lebih rendah dari pada asam
fumarat. Hal ini menandakan adanya perbedaan sifat fisik antara senyawa
berisomer cis dan trans. Senyawa berisomer cis memiliki titik leleh lebih kecil
karena adanya tolakan antara dua gugus karboksilat yang bersebelahan
mengakibatkan senyawa ini kurang stabil (Mulyono, 2015).
Sifat-sifat atom dapat ditentukan
dengan struktur ruang atom di dalam molekul. Perbedaan geometri dapat diketahui
secara kimia bila terdapat dua gugus yang reaktif adalah cis dan trans terhadap
yang lainnya. Contohnya seperti asam maleat dan asam fumarat, yaitu
masing-masingnya cis asam butenadioat. Asam maleat jika dipanaskan memiliki
titik leleh yaitu 130°C, akan menghasilkan anhidrid dan 1 molekul air,
sedangkan asam fumarat tidak meleleh tetapi menyublim pada suhu 28°C akan
menghasilkan anhidrida polimerik dan jika pada suhu tinggi akan menjadi
anhidrida maleat (Tim Kimia Organik, 2019).
Isomer geometri merupakan gugus yang
terikat pada senyawa organik yang berikatan tunggal bebas berorientasi dengan
ikatan tunggal sehingga orientasi bidang ruang gugus fungsinya tidak dapat
dibedakan dan begitu juga sebaliknya gugus yang terikat pada senyawa organik
yang berikatan rangkap maka gugus tersebut tidak dapat berotasi secara bebas
sehingga orientasi bidang ruang gugus fungsinya dapat diketahui. Pada pembuatan
asam fumarat menggunakan asam maleat yang memiliki dua gugus karboksilat yang
mana isomer geometri pada senyawa ini dapat merubah orientasinya menjadi
orientasi tertentu dimana dapat dibantu dengan suatu katalis asam mineral
seperti asam sulfat atau asam klorida dengan pemanasan yang memadai (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/).
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
1.
Erlenmeyer 125
ml
2.
Pembakar bunsen
3.
Corong buchner
4.
Labu bulat
5.
Alat penentu
titik leleh
5.2 Bahan
1. Kertas saring
2. Anhidrat maleat
3. HCl pekat
4. Kondensor refluks
V.I Prosedur Kerja
1. Dididihkan 20 ml air suling di dalam erlenmeyer 125
ml. Lalu ditambahkan 15 gr anhidrat maleat. Anhidrida ini mula-mula akan
melebur pada suhu 153°C, kemudian bereaksi dengan air menghasilkan asam maleat
yang sangat larut dalam air panas (400 gr/100 ml air panas) bahkan larut dalam
air dingin (79 gr/100 ml) pada 25°C.
2. Setelah larutan menjadi jernih, dinginkan labu di bawah
pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam maleat mengkristal dari
larutan. Kumpulkan asam maleat di atas corong Buchner, dikeringkan dan
ditentukan titik lelehnya. Jangan dibuang filtrat yang mengandung banyak maleat
terlarut.
3. Dipindahkan larutan filtrat ke dalam labu bundar 100
ml, lalu ditambahkan 15 ml HCl pekat dan direfluks perlahan-lahan selama 10
menit. Kristal asam fumarat akan segera mengendap dari larutan (kelarutannya
dalam air 9,8 gr/100 ml pada 100 dan 0,7 gr/100 ml pada 25°C.
4. Didinginkan larutan pada suhu kamar, kumpulkan asam
fumarat dalam corong Buchner dan rekristalisasi dalam air (kira-kira 12 ml per
gram asam). Ditentukan titik lelehnya dengan menggunakan melting blok logam.
Video Percobaan :
https://www.youtube.com/watch?v=Jz33rBxxsqU&t=29s
Pertanyaan:
1. Apa fungsi penambahan larutan HCl pada percobaan dalam video tersebut?
2. Apa fungsi penambahan potongan-potongan kecil ke dalam labu bulat sebelum direfluks?
3. Apa fungsi dimasukannya larutan ke dalam wadah yang berisi es?